International Menopause Society menetapkan hari itu sebagai Hari Menopause Sedunia, atau World Menopause Day.
Bila tiap tanggal 18 Oktober ditetapkan sebagai hari khusus bagi perempuan yang menghadapi masalah akibat habisnya hormon estrogen dalam tubuhnya, jelas masyarakat internasional tidak bermaksud mengajak para perempuan berumur untuk bersedih hati.
Sebaliknya-sebagaimana dijelaskan pengurus Perkumpulan Menaopause Indonesia (Permin) Cabang DI Yogyakarta, Rabu, di Yogyakarta—tujuan penetapan hari itu ada dua. Yang pertama, hendak menyosialisasikan apa sebenarnya proses menopause, dan kedua bagaimana kiat tetap bahagia menghadapi menopause yang secara alamiah biasanya memang diikuti dengan berbagai penurunan fungsi fisik perempuan.
Prof dr Mochamad Anwar Mmed St SpOG, Ketua Permin DIY menjelaskan, di muka bumi ini menurut perhitungan para ilmuwan pada tahun 2030 mendatang diperkirakan jumlah perempuan yang memasuki masa menopause akan mencapai 1,2 milyar orang. Itu artinya sebanyak 1,2 milyar perempuan akan memasuki usia lebih 50 tahun, dan angka itu merupakan tiga kali lipat angka sensus tahun 1990 tentang jumlah perempuan menopause.
Khusus di Indonesia, menurut dr Zein Alkaff SpOG, Ketua Bagian Kebidanan dan Kandungan RSUP Dr Sardjito, perempuan yang memasuki masa menopause—ditandai dengan berhentinya menstruasi dan secara umum terjadi setelah usia 51 tahun—jumlahnya mencapai sekitar 15 juta orang.
Sedikit guyon, tapi hendaknya jangan dmasukkan kehati, Dr Mohammad Anwar mengemukakan, “Doa kita agar kita diberi umur panjang memang dikabulkan. Tetapi ya akibatnya banyak perempuan memasuki masa menopause. Dan memasuki masa menopause, bukanlah tanpa risiko,” ujar Prof Anwar, ahli ginekologi RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Masa menopause, jika tidak ditangani dengan baik, memang akan menimbulkan problem. Risiko yang dimaksud, menurut dr Zein Alkaff, ada tiga besar yaitu terkena serangan jantung (cardio vasculer), kedua terjadi pengeroposan tulang (osteoporosis), dan ketiga adalah gejala pikun (alzehimer).
“Apa yang terjadi pada perempuan setelah usia 51 tahun? Mulai usia 45 tahun, perempuan sebenarnya sudah mulai memasuki masa peralihan dan ditandai dengan gejala pusing, terasa tertusuk-tusuk di bahu dan leher, linu-linu di sekujur badan, dan mudah marah. Maka pertempuan usia seperti itu biasanya lalu cerewet. Makanya tidak ada kakek cerewet, tetapi nenek cerewet yang ad
a,” ujar dr Zein Alkaff serius.
Gejala dan tanda-tanda pada masa perimenopause (perpindahan) antara lain berupa gejolak panas (hot flushes),pusing, siklus haid tidak teratur dan pembawaan sifat pelupa, perasaan tegang disertai nyeri otot dan sendi. Demikian pula perasaan mudah tersinggung dan rasa seperti ditusuk-tusuk jarum, depresi dengan sakit kepala/migrain, kurang percaya diri/dispareunia, susah tidur, dan adanya atrofi vagina dan kering, mudah lelah, kurang tenaga disertai gatal daerah labia, napas pendek, keputihan, gelisah, dan kandung kemih disuria.
Mengapa demikian? Inilah hal alamiah, tetapi sering tidak dipahami perempuan menjalani masa menopause, dan termasuk para suami yang mendampingi mereka. Akibatnya mudah diduga: Rumah tangga gampang goyah, sementara kehidupan romance Suami- isteri juga merosot.
Salah satu sebab utama penurunan kondisi fisik perempuan adalah akibat makin hilangnya hormon estrogen yang selama ini bisa mempertahanakan kemudaan orang. Pada usia yang sama, anehnya proses-proses seperti itu tidak terjadi pada pria secepat pada perempuan.
Menopause adalah istilah yang digunakan untuk perempuan. Andropause adalah istilah yang digunakan bagi kaum ppria. Menopause adalah masa di mana indung telur perempun tidak mengeluarkan telur lagi. Itu berarti fungsi ganda indung telur memproduksi hormon dan alat reproduksi sudah makin menurun fungsinya. Dalam bahasa ilmiah, penyebab terjadinya menopause adalah habisnya bosit dan folikel primordial pada indung telur sehingga berakibat berhentinya produksi estrogen.
Hal ini berbeda dari kondisi pria yaitu testis (buah zakar) pada usia berapa pun tetap berfungsi sebagai hormonal meski fungsi pertama ini mengalami penurunan, dan alat reproduksi tetap efektif.
Maka bila artis Christine Hakim kita tonton di televisi menawarkan iklan susu penambah zat kapur, iklan tentang zat kalsium tersebut memang menggambarkan kenyataan “ancaman” alamiah yang dihadapi perempuan.
Dokter Hasto Wardoyo SpOG dan Dr Ova Emilia SpOG menambahkan, pada usia 45 tahun itulah perempuan dianjurkan mengonsumsi obat hormonal maupun melakukan terapi dengan mengonsumsi makanan yang mengandung hormon estrogen. Di Indonesia banyak makanan dan tumbuhan yang bisa dimanfaatkan yaitu tempe, pepaya, bengkuang, dan buah terong yang biasanya digunakan untuk sayuran.
Suplementasi estrogen melalui obat diperlukan bagi perempuan menopause yang mengalami gangguan serius. Dianjurkan, langkah preventif sejak usia 45 dilakukan daripada cara pengobatan dengan mengeluarkan bulanan antara Rp 80.000-Rp 100.000 untuk satu strip obat berisi 30 butir.
“Ada proses yang pasti terjadi pada perempuan yaitu proses osteoporosis. Secara umum, perempuan akan kehilangan massa tulangnya antara 40-60 persen, lebih besar dibanding pria. Oleh sebab itu mengbnsumsi kalsium penting sekali pada usia setengah baya,” papar dr Hasto Wardoyo.
Dan untuk mendapatkan hubungan seksual yang tetap harmonis pada usia 51 tahun, selain mengonsumsi buah-buahan seperti jus pepaya atau jus bengkuang misalnya, beberapa kelompok olahraga usia lanjut di berbagai kota membuktikan pulihnya otot-otot dan hormon perempuan itu. (nar/hrd)
Sumber : Kompas, Minggu, 21 Oktober 2001
Bila tiap tanggal 18 Oktober ditetapkan sebagai hari khusus bagi perempuan yang menghadapi masalah akibat habisnya hormon estrogen dalam tubuhnya, jelas masyarakat internasional tidak bermaksud mengajak para perempuan berumur untuk bersedih hati.
Sebaliknya-sebagaimana dijelaskan pengurus Perkumpulan Menaopause Indonesia (Permin) Cabang DI Yogyakarta, Rabu, di Yogyakarta—tujuan penetapan hari itu ada dua. Yang pertama, hendak menyosialisasikan apa sebenarnya proses menopause, dan kedua bagaimana kiat tetap bahagia menghadapi menopause yang secara alamiah biasanya memang diikuti dengan berbagai penurunan fungsi fisik perempuan.
Prof dr Mochamad Anwar Mmed St SpOG, Ketua Permin DIY menjelaskan, di muka bumi ini menurut perhitungan para ilmuwan pada tahun 2030 mendatang diperkirakan jumlah perempuan yang memasuki masa menopause akan mencapai 1,2 milyar orang. Itu artinya sebanyak 1,2 milyar perempuan akan memasuki usia lebih 50 tahun, dan angka itu merupakan tiga kali lipat angka sensus tahun 1990 tentang jumlah perempuan menopause.
Khusus di Indonesia, menurut dr Zein Alkaff SpOG, Ketua Bagian Kebidanan dan Kandungan RSUP Dr Sardjito, perempuan yang memasuki masa menopause—ditandai dengan berhentinya menstruasi dan secara umum terjadi setelah usia 51 tahun—jumlahnya mencapai sekitar 15 juta orang.
Sedikit guyon, tapi hendaknya jangan dmasukkan kehati, Dr Mohammad Anwar mengemukakan, “Doa kita agar kita diberi umur panjang memang dikabulkan. Tetapi ya akibatnya banyak perempuan memasuki masa menopause. Dan memasuki masa menopause, bukanlah tanpa risiko,” ujar Prof Anwar, ahli ginekologi RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Masa menopause, jika tidak ditangani dengan baik, memang akan menimbulkan problem. Risiko yang dimaksud, menurut dr Zein Alkaff, ada tiga besar yaitu terkena serangan jantung (cardio vasculer), kedua terjadi pengeroposan tulang (osteoporosis), dan ketiga adalah gejala pikun (alzehimer).
“Apa yang terjadi pada perempuan setelah usia 51 tahun? Mulai usia 45 tahun, perempuan sebenarnya sudah mulai memasuki masa peralihan dan ditandai dengan gejala pusing, terasa tertusuk-tusuk di bahu dan leher, linu-linu di sekujur badan, dan mudah marah. Maka pertempuan usia seperti itu biasanya lalu cerewet. Makanya tidak ada kakek cerewet, tetapi nenek cerewet yang ad
a,” ujar dr Zein Alkaff serius.
Gejala dan tanda-tanda pada masa perimenopause (perpindahan) antara lain berupa gejolak panas (hot flushes),pusing, siklus haid tidak teratur dan pembawaan sifat pelupa, perasaan tegang disertai nyeri otot dan sendi. Demikian pula perasaan mudah tersinggung dan rasa seperti ditusuk-tusuk jarum, depresi dengan sakit kepala/migrain, kurang percaya diri/dispareunia, susah tidur, dan adanya atrofi vagina dan kering, mudah lelah, kurang tenaga disertai gatal daerah labia, napas pendek, keputihan, gelisah, dan kandung kemih disuria.
Mengapa demikian? Inilah hal alamiah, tetapi sering tidak dipahami perempuan menjalani masa menopause, dan termasuk para suami yang mendampingi mereka. Akibatnya mudah diduga: Rumah tangga gampang goyah, sementara kehidupan romance Suami- isteri juga merosot.
Salah satu sebab utama penurunan kondisi fisik perempuan adalah akibat makin hilangnya hormon estrogen yang selama ini bisa mempertahanakan kemudaan orang. Pada usia yang sama, anehnya proses-proses seperti itu tidak terjadi pada pria secepat pada perempuan.
Menopause adalah istilah yang digunakan untuk perempuan. Andropause adalah istilah yang digunakan bagi kaum ppria. Menopause adalah masa di mana indung telur perempun tidak mengeluarkan telur lagi. Itu berarti fungsi ganda indung telur memproduksi hormon dan alat reproduksi sudah makin menurun fungsinya. Dalam bahasa ilmiah, penyebab terjadinya menopause adalah habisnya bosit dan folikel primordial pada indung telur sehingga berakibat berhentinya produksi estrogen.
Hal ini berbeda dari kondisi pria yaitu testis (buah zakar) pada usia berapa pun tetap berfungsi sebagai hormonal meski fungsi pertama ini mengalami penurunan, dan alat reproduksi tetap efektif.
Maka bila artis Christine Hakim kita tonton di televisi menawarkan iklan susu penambah zat kapur, iklan tentang zat kalsium tersebut memang menggambarkan kenyataan “ancaman” alamiah yang dihadapi perempuan.
Dokter Hasto Wardoyo SpOG dan Dr Ova Emilia SpOG menambahkan, pada usia 45 tahun itulah perempuan dianjurkan mengonsumsi obat hormonal maupun melakukan terapi dengan mengonsumsi makanan yang mengandung hormon estrogen. Di Indonesia banyak makanan dan tumbuhan yang bisa dimanfaatkan yaitu tempe, pepaya, bengkuang, dan buah terong yang biasanya digunakan untuk sayuran.
Suplementasi estrogen melalui obat diperlukan bagi perempuan menopause yang mengalami gangguan serius. Dianjurkan, langkah preventif sejak usia 45 dilakukan daripada cara pengobatan dengan mengeluarkan bulanan antara Rp 80.000-Rp 100.000 untuk satu strip obat berisi 30 butir.
“Ada proses yang pasti terjadi pada perempuan yaitu proses osteoporosis. Secara umum, perempuan akan kehilangan massa tulangnya antara 40-60 persen, lebih besar dibanding pria. Oleh sebab itu mengbnsumsi kalsium penting sekali pada usia setengah baya,” papar dr Hasto Wardoyo.
Dan untuk mendapatkan hubungan seksual yang tetap harmonis pada usia 51 tahun, selain mengonsumsi buah-buahan seperti jus pepaya atau jus bengkuang misalnya, beberapa kelompok olahraga usia lanjut di berbagai kota membuktikan pulihnya otot-otot dan hormon perempuan itu. (nar/hrd)
Sumber : Kompas, Minggu, 21 Oktober 2001
0 komentar:
Posting Komentar